Tips Membuat Kesepakatan Dalam Kelas


Sumptber : elakbersedih.blogspot.com
Guru merupakan suatu profesi yang sangat menarik sekaligus penuh tantangan karena tugasnya tidak hanya mengajar namun juga mendidik yang tidak saja harus dilakukan secara profesional namun juga harus dengan ketulusan. Dan satu hal lagi profesi ini berhadapan langsung dengan generasi muda calon penerus negeri ini. Keterlibatan langsung guru pada pembentukan karakter generasi muda tidak bisa diabaikan.
Salah satu hal yang harus dikuasai dengan baik oleh seorang guru adalah tehnik pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang baik akan memaksimalkan fungsi guru sebagai pengajar maupun pendidik, yang nantinya juga akan membawa pengaruh yang signifikan terhadap siswa secara langsung dan juga bisa menjadi salah satu sarana dalam pengembangan karakter.
Selama ini belum belum banyak guru yang mencoba untuk melibatkan siswa dalam pengelolaan kelas, padahal hasilnya bisa luar biasa, dimana pada akhirnya terbentuk suatu ‘community control’ di dalam kelas. Apabila guru melibatkan  siswa  secara  langsung mereka akan merasa dihargai dan diakomodasi kepentingannya.
Nah bagaimanakah caranya?
Sangat mudah….. tapi guru harus meluangkan  waktu di awal tahun pelajaran untuk memberikan penjelasan kepada siswa tentang tujuan yang ingin mereka raih. apa yang harus dilakukan untuk meraih tujuan-tujuan itu. Misalkan kita mengajar bahasa Inggris, kita  mencari tahu apa sebenarnya motivasi mereka dalam  belajar   bahasa Inggris. Jawabannya akan sangat beragam dari mulai ingin dapat nilai bagus, bisa berbicara dalam bahasa Inggris, agar bisa berkomunikasi dengan orang luar, bahasa Inggris adalah bahasa internasional dsb. Setelah guru mendengarkan satu-satu alasan mereka barulah diterangkan bahwa untuk berhasil dalam belajar bahasa Inggris itu di butuhkan kerja keras dari sekarang. Guru memberikan gambaran betapa pentingnya bahasa Inggris di kehidupan sehari-hari saat ini maupun di masa mendatang, selain itu perlu dipaparkan juga trik-trik agar berhasil dalam belajar bahasa Inggris.
Setiap guru, baik guru mata pelajaran maupun guru wali kelas bisa menerapkan hal  ini di kelas yang dipegangnya, hanya perlu penyesuaian sedikit tergantung pada apa yang ingin guru sampaikan untuk memotivasi mereka. Pada prinsipnya guru harus  bisa membuat   kesepakatan dengan  siswa dan siswa  bisa menyadari bahwa kesepakatan itu dibutuhkan untuk memperoleh tujuan-tujuan yang diinginkan.
Guru harus membuat kesepakatan itu  diawal dia masuk kelas yaitu di awal tahun pelajaran. Kesepakatan menurut Bobby DePorter dalam bukunya ‘Quantum Teaching‘ adalah daftar cara sederhana dan konkret untuk melancarkan jalannya pelajaran. Misalnya, bagaimana seandainya mereka terlambat, apa konsekuensi yang harus diterima.   Isi kesepakatan  itu harus didiskusikan  bersama-sama  didalam kelas secara terbuka dan transparan, demikian juga dengan konsekuensinya. Intinya adalah poin-poin kesepakatan yang akan menjadi  peraturan di dalam kelas  itu harus  ‘bottom up’ dan bukannya ‘top down’.
Inilah urut-urutan yang harus dilakukan dalam membuat kesepakatan dengan murid diadaptasi dari William Glasser oleh Marilyn Ragland, Stategies for Learning Program, SMU Thornton Township dalam Quantum Teaching nya Bobby dePorter.
  1. Adakan pertemuan kelas diawal tahun pelajaran untuk mendiskusikan  peraturan.. 
  2. Bagikan kertas dan minta masing-masing anak untuk menuliskan  3 macam peraturan yang harus diikuti semua orang.
  3. Kumpulkan kertas dan kemudian bacakan satu persatu aturan yang diusulkan oleh mereka, serta catat dan diskusikan mana yang sekiranya perlu dipakai dan mana yang tidak, mana yang di sepakati dan mana yang tidak.
  4. Setelah usulan anak-anak dirangkum, berilah pemahaman kepada mereka bahwa kita sebagai guru juga mempunyai hak untuk memberikan usulan, namanya juga kesepakatan bersama. Nah tambahkan beberapa hal yang belum terakomodasi di dalam kesepakatan itu.
  5. Kemudian diskusikan konsekuensi dari pelanggaran terhadap kesepakatan yang telah disetujui itu. Jelaskan alasan-alasan diterapkannya konsekuensi. Konsekuensi bisa berupa denda atau hukuman fisik, mungkin juga alternatif lain. Kalau ada konsekuensi yang berupa denda maka harus dibuat pula kesepakatan jumlah denda dan untuk apa denda itu bila terkumpul. Dan jikalau ada konsekuensi berupa aktifitas fisik maka perlu pula disepakati jenis aktifitasnya dan berapa jumlahnya. Intinya adalah segala sesuatunya harus melalui diskusi dan dikomunikasikan langsung dengan anak-anak.
  6. Ketiklah hasil kesepakatan dan konsekuensi nya  di selembar kertas dan kemudian gandakan sejumlah anggota kelas, setiap anak menerima satu dan mintakan tanda tangan orang tua. Dengan ini orang tua akan membaca hasil kesepakatan bersama itu beserta konsekuensinya apabila melanggar dan diharapkan akan muncul dukungan penuh dari orang tua terhadap penerapan kesepakatan tersebut di dalam kelas. Misalnya, seandainya ada anak yang melanggar dan memilih konsekuensi hukuman fisik maka di kemudian hari tidak terjadi kesalahpahaman.
  7. Kesepakatan sudah bisa diberlakukan pada pertemuan berikutnya.
Pada awal penerapan kesepakatan ini didalam kelas guru merupakan ujung tombaknya, pelan-pelan namun pasti akan terjadi pergeseran dari guru ke anak-anaklah yang aktif saling mengawasi teman mereka sendiri. Maka terjadilah apa yang disebut ‘community control’. Anak-anak sendirilah yang pada akhirnya berinisiatif mengontrol dan mengawasi teman-temannya. Siapa diantara mereka yang melanggar kesepakatan akan diingatkan untuk bertanggungjawab. Mereka akan bersemangat mengingatkan gurunya apabila gurunya agak ‘lemot’ dalam menegakkan kesepakatan.  Apalagi kalau kas kelas sedang menipis, mereka akan semakin bersemangat mencari denda. Dan kalau toh mereka tidak mempunyai uang maka ada alternatif lain yang bisa dilakukan sebagai wujud konsekuensi dari pelanggaran kesepakatan tersebut. Dan yang melanggar pun dengan suka rela bersedia menerima konsekuensi dari pelanggaran itu karena pada dasarnya mereka sendirilah yang telah membuat aturannya secara bersama-sama. Maka terbangunlah suatu iklim menegakkan kesepakatan bersama-sama, jadi bukan hanya guru yang aktif bergerak, namun juga anak-anak.
Selain itu tercapainya kesepakatan antara guru dan siswa menciptakan suatu landasan yang kuat  dan aman, para siswa mengetahui dengan pasti batasan-batasan yang perlu mereka pahami, sehingga mereka menjadi lebih bertanggungjawab terhadap peraturan yang mereka buat sendiri.
Namun perlu disadari bahwa membangun suatu komunitas belajar yang kondusif tidaklah bisa diwujudkan dalam waktu singkat, memerlukan waktu, usaha dan tenaga. Pastikan bahwa kita sebagai guru tetap konsisten setiap saat dalam menjaga komitmen dan kesepakatan itu tetap ditegakkan.
Indah sekali bukan………..

sumber : http://www.anik.onlen.web.id